29 April 2009

Analisa Pencapaian Program Posyandu

ANALISIS PENCAPAIAN PROGRAM POSYANDU DI KELURAHAN MUKTIHARJO KIDUL KECAMATAN PEDURUNGAN SEMARANG

Bentuk Partisipasi

  1. Perorangan dan keluarga :

- Kehadiran ibu pada kegiatan posyandu.

- Keinginan secara aktif melakukan penimbangan dan memantau status kesehatan balita.

  1. Masyarakat umum :

- Berpartisipasi aktif mengikuti penyuluhan kesehatan oleh petugas kesehatan dan kader.

- Berperan aktif dalam program kesehatan pemerintah seperti pemberian suplemen vitamin A, PIN dll.

  1. Masyarakat penyelenggara upaya kesehatan :

- Berperan aktif mau menyelenggarakan ditempat yang sudah ditentukan untuk kegiatan posyandu.

  1. Profesi kesehatan :

- Keinginan aktif untuk ikut memberikan penyuluhan atau konseling kesehatan serta mau melakukan program kesehatan pemerintah seperti pemberian suplemen vitamin A, PIN dll.

Faktor Pendorong

  1. Faktor di masyarakat :

- Semangat gotong royong untuk dapat menyelenggarakan dan mengikuti kegiatan posyandu.

- Adanya motivasi meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

- Adanya motivasi untuk hidup sehat dan pemantauan gizi secara berkala.

- Adanya motivasi untuk sehat dan pemantauan gizi secara berkala.

- Mendapatkan suplementasi dan PMT gratis.

  1. Faktor di provider :

- Kesadaran dan keinginan untuk ingin sehat dan mencapai status kesehatan yang optimal.

- Keterbatasan sumber daya provider.

Faktor Penghambat

  1. Faktor di masyarakat :

- Perbedan persepsi akan manfaat kegiatan di posyandu, manfaat penimbangan bagi anak dan kurangnya pengetahuan tentang manfaat pemantauan satus gizi.

- Masyarakat heterogen, maka sosial budaya berbeda

- Pengalaman pahit program sebelumnya

- Kesenjangan sosial

- Kemiskinan seperti rasa malu untuk datang ke posyandu karena mempunyai anak kurang gizi.

- Kurangnya partisipasi dalam lingkungan rumah tangga seperti menyelesaikan pekerjaan yang dianggapnya lebih penting daripada pergi ke posyandu.

- Hambatan transportasi atau lingkungan seperti air rob yang menggenangi wilayah Muktiharjo Kidul sehingga ibu–ibu malas pergi ke posyandu.

  1. Faktor di provider :

- Terlalu mengejar target

- Birokrasi

  1. Perbedaan provider dan masyarakat

28 April 2009

Promosi ASI Eksklusif







Saatnya merubah kebiasaan,

Cukup berikan ASI saja demi kebaikan dan kesehatan bayi.

Memang tidak ada susu yang selengkap dan sebaik ASI.


A. Latar Belakang

Intik gizi yang tidak cukup dan infeksi merupakan penyebab langsung gizi kurang pada bayi dan anak (UNUCEF, 1999). Hal ini berdampak tidak saja terhadap kekurangan gizi makro tetapi juga gizi mikro yang sangat perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Pemenuhan gizi bayi 0-6 bulan mutlak diperoleh melali Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi dengan ASI eksklusif (Butte et al, 2002; Kramer dan Kakuma, 2002; WHO, 2002). Berdasarkan hal ini maka upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum dan pada masa pemberian ASI ekslusif.

Sehubung hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP- ASI) khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak manfaat yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi. Bagi bayi yaitu melindungi dari infeksi gastrointestinal, bayi yang ASI ekslusif selama enam bulan tingkat pertumbuhannya sama dengan yang ASI eksklusif hanya empat bulan, ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan kekurangan zat besi. Sedangkan manfaat bagi ibu yaitu menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga memberi jarak antar anak yang lebih panjang atau menunda kehamilan berikutnya.

Meski ASI eksklusif memiliki banyak keunggulan, jumlah ibu yang menyusui anaknya makin menurun. Data terakhir menunjukkan prevalensi ASI eksklusif cenderung menurun di Indonesia, menurut Survey Sosial Ekonomi Indonesia 2004, dilaporkan bahwa 75% ibu menyusui ASI bayi mereka paling sedikit 12 bulan dan hanya 12% ibu menyusui ASI eksklusif hingga 6 bulan. Sedangkan prevalensi pemberian ASI Ekslusif 6 bulan di kabupaten Demak hanya berkisar 5% dari target WHO 60%.

Menurunya angka pemberian ASI disebabkan antara lain rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi, persepsi sosio budaya yang menentang pemberian ASI, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja (cuti melahirkan yang terlalu singkat, tidak adanya ruang ditempat bekerja untuk menyusui atau memompa ASI). Selain itu gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan makanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif.


B. Tujuan Umum

Menilai efektivitas program dalam meningkatkan prevalensi ASI eksklusif dan meningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan.


C. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan prevalensi pemberian asi eksklusif di Kabupaten Demak dari 5% menjadi 15% dalam jangka waktu 1 tahun

2. Membandingkan intervensi output sebelum dan sesudah program promosi ASI eksklusif serta mengetahui faktor risiko yang mempengaruhinya.

3. Mengetahui apakah program promosi ASI eksklusif akan meningkatkan praktek, status gizi, dan status infeksi.

4. Advokasi program promosi ASI eksklusif dengan mengikutsertakan pihak Dinkes, pemda Kabupaten Demak , Puskesmas dan ibu ibu PKK.

5. Memberikan dukungan dan solusi dengan meningkatkan alokasi dana program gizi


D. Manfaat Program

Manfaat program ASI eksklusif akan meningkatkan prevalensi menyusui sehingga membantu mengurangi bayi mudah kena sakit dan meningkatkan status gizi, ibu akan mempersiapkan diri dalam masa menyusui, meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya kesadaran gizi, memperkuat kapasitas pemerintah daerah untuk merencanakan dan mengelola program gizi dan untuk memberikan pelayanan gizi.

Hasil program ASI eksklusif akan memberikan masukan kepada pemerintah setempat untuk merencanakan, mengatur dan membuat kebijakan tentang program kesehatan khususnya program pemberian ASI eksklusif.


E. Kegiatan

1. Di Tingkat Individual

Home visit dan konseling terhadap ibu – ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan, memberikan pelatihan cara menyusui yang benar sehingga akan mengubah perilaku melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktek.

2. Di Tingkat Interpersonal

Memberikan konseling kepada ayah dan nenek mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif.

3. Di Tingkat Masyarakat

Memberikan pengetahuan, keyakinan dan praktek pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan baik melalui tenaga kesehatan/media advocacy.

4. Di Tingkat Organisasi

Memberikan pelatihan kepada bidan dan tenaga kesehatan tentang ASI eksklusif. Bidan dan tenaga kesehatan diharapkan dapat mempraktekkan program inisiasi dini, promosi ASI eksklusif dan konsultasi para ibu terhadap program.

5. Di Tingkat Pemerintahan

Kebijakan dari Ka. DinKes, Camat, kepala desa yang mendukung program pemberian ASI eksklusif.


F. Penutup

Demikian proposal promosi ASI eksklusif ini dibuat guna memfasilitasi pelaksanaan intervensi pemberian ASI eksklusif dengan harapan akan meningkatkan prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi, meningkatkan intervensi kesehatan di kabupaten Demak, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan keterlibatan tenaga kesehatan serta pemerintah daerah di kabupaten Demak dapat merencanakan dan mengelola program gizi sehingga menghasilkan status gizi bayi lebih baik status gizi dengan tidak mudah kena sakit..

26 April 2009

Poster

Fast Food vs Menu Seimbang

POA (Plan Of Action)

A. Latar Belakang

Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan dikota besar bergeser-geser dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi tidak seimbang. Pola makan tersebut merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori jika tidak dikonsumsi secara rasional. Berbagai makanan yang tergolong makanan cepat saji tersebut adalah kentang goreng, ayam goreng, hamburger, softdrink, pizza, hotdog, dan lain-lain.

Tingkat pendapatan orang tua berpengaruh terhadap konsumsi energi. Orang tua yang mempunyai pendapatan perbulan tinggi akan mempunyai daya yang tinggi pula, sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan. Adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah makanan tidak lagi didasarkan pada kebutuhan dan pertimbangan kesehatan, tetapi ebih mengarah pada pertimbangan presrise dan rasa makanan yang enak, termasuk jenis makanan cepat saji.

Pada umumnya makanan cepat saji mengandung lebih tinggi kalori, garam dan lemak termasuk kolesterol. Menu western umumnya hanya sedikit mengandung serat (dietery fiber).


B. Tempat

SDN Bangetayu 02 – 03 Semarang.


C. Sasaran

Siswa kelas V SDN Bangetayu 02 – 03 Semarang.


D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diberikan gambar berbagai jenis fast food dan menu seimbang, siswa dapat mengetahui, memahami, membedakan dan menilai fast food dan menu seimbang.

2. Tujuan Khusus

a. Siswa dapat mendefinisikan pengertian fast food dan menu seimbang

b. Siswa dapat menyebutkan contoh dari fast food dan menu seimbang

c. Siswa dapat membandingkan fast food dan menu seimbang

d. Siswa dapat menyimpulkan kelebihan dan kekurangan fast food dan menu seimbang


E. Waktu Pelaksanaan

1. Hari / tanggal : Jumat, 12 Desember 2008

2. Tempat : Ruang kelas V SDN Bangetayu 02 – 03 Semarang

3. Waktu : Pukul 09.00 – 10.00


F. Kegiatan

1. Alat yang diperlukan

Lembar balik

2. Metode

a. Pre test secara lisan

b. Penyuluhan tentang fast food dan menu seimbang

c. Post test secara lisan

3. Proses

a. Pre test dan post test secara lisan

Yaitu penyuluh melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa secara acak. Siswa yang bisa dan bersedia menjawab mengangkat tangan dan kemudian menjawab pertanyaan.

b. Penyuluhan tentang fast food dan menu seimbang

Yaitu penyuluh memberikan penjelasn materi tentang fast food dan menu seimbang yang meliputi pengertian, pengertian, contoh, serta kelebihan dan kekurangannya. Kegiatan ini dilakukan dengan bantuan lembar balik.

G. Rencana Kegiatan

Materi

Keterangan

Metode

Waktu

Media

Evaluasi

Pembukaan kegiatan penyuluhan

- Memperkenalkan anggota kelompok

- Menjelaskan tujuan penyuluhan

1’

Pre test

- Memberikan pertanyaan soal pre test secara lisan

Ceramah

4’

Pre test

Penjelasan materi fast food

- Menjelaskan pengertian fast food

- Menunjukkan contoh jenis fast food

- Menjelaskan kelebihan dan kekurangan fast food

Ceramah

5’

Lembar balik

Penjelasan materi menu seimbang

- Menjelaskan pengertian menu seimbang

- Menunjukkan contoh menu seimbang

- Menjelaskan kelebihan dan kekurangan menu seimbang

Ceramah

5’

Lembar balik

Post test

- Memberikan pertanyaan soal post test secara lisan

Ceramah

4’

Post test

Penutup

- Menampaikan penutupan acara

1’