PENDAHULUAN
Upaya pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai pencerminan dari tujuan nasional. Seperti halnya di negara – negara berkembang lainnya, di Indonesia kekurangan gizi merupakan masalah utama yang diketahui dapat menghambat lajunya pembangunan nasional ( Kodyat, 1992 ).
Disamping itu kekurangan gizi pada anak sebenarnya adalah bentuk dari kelaparan tidak kentara dan itu salah satu ukuran kesejahteraan selain kesehatan dan pendidikan (Soekirman , 2002).
Masalah gizi kurang yang belum dapat ditanggulangi dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT I) hingga kini adalah masalah Anemia Gizi Besi dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (
Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah guna mengatasi gizi ini terutama yang menyangkut defisiensi iodium dan zat besi. Dua zat gizi ini dianggap berpengaruh amat besar terhadap tingkat kecerdasan. Oleh karena itu pemerintah terus menggalakkan program pembuatan garam beriodium, suplementasi zat besi bagi kelompok sasaran dan mengupayakan pemberiaan makanan tambahan untuk anak sekolah guna mengatrol tingkat kecerdasan anak sekolah dasar maupun madrasah ibtidaiyah.
PEMBAHASAN
Iodium
Iodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup, terutama manusia.
Iodium ada ada di dalam tubuh dalam jumlah sangt sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau 15-23 mg. Sekitar 75 % dari iodium ini ada di dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensintesis hormone tiroksin, tetraiodotironin (T4), dan triiodotironin (T3). Hormon-horom ini diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan isik dan mental hewan dan manusia.
Iodium berada dalam suatu siklus di alam. Sebagian besar iodium ada di laut, sebagian kemudian merembes, dibawa hujan, angin, sungai, dan banjir ke tanah dan gunung di sekitarnya. Bila tanah miskin akan iodium maka semua tanaman (termasuk sayuran dan buah-buahan) yang tumbuh di atasnya juga miskin iodium.
Iodium dengan mudah diabsorpsi dalam bentuk iodida. Konsumsi normal sehari adalah 100-150 ug sehari. Menurut Hetzel (1989) dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100 – 150 mg perhari. Iodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam mg I/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi lebih kecil daro 50 mg/g kreatinin sudah menjadi indikator kekurangan intake. Konsumsi iodium sangat bervariasi antar berbagai wilayah di dunia, diperkirakan sekitar 500 mg per hari di USA (sekitar 5 kali RDA). Adapun kecukupan iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain :
1) umur 0 sampai 9 tahun kebutuhannya sebesar 50 – 120 mg ;
2) umur 10 – 59 dan > 60 tahun sebesar 150 mg (Pria) ;
3) umur 10 – 59 dan > 60 tahun sebesar 150 mg ;
4) Wanita Hamil mendapat tambahan + 25 mg ; wanita laktasi 0 – 12 bulan sebesar + 50 mg (Muhilal, dkk. 1998).
Sumber makanan yang mengandung iodium banyak ditemukan di laut berupa ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber iodium yang baik. Di daerah pantai, air dan tanah mengandung banyak iodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai mengandung cukup banyak iodium.
Defisiensi Iodium
Intik iodium 100-150 mg / hari sudah memenuhi kecukupan gizi. Kandungan iodium urine sama dengan level intik dan dapat digunakan untuk memperkirakan konsumsi iodium. Defisiensi iodium terjadi dengan intik <> Orang yang mengkonsumsi <50mg> Goiter hampir selalu disebabkan intik <10mg> Goiter adalah pembesaran atau hypertrophy dari kelenjar thyroid. Grade goiter ada 3 yaitu : Pembesaran dapat dideteksi dengan palpasi, leher yang tebal, pembengkakan yang besar yang terlihat dari jarak jauh.
Komplikasi serius dari defesiensi iodium adalah cretinism. Sebaran goiter pada masyarakat yang mengalami adalah ± 2% populasi cretin. Cretin berdampak retardasi mental dan mempunyai karakterinsik penampilan wajah dan lidah besar. Beberapa diantaranya bisu dan tuli, kerdil, diplegia dan quadriplegia juga dapat terjadi. Cretin berasal dari defesiensi iodium maternal, yaitu diet yang berhubungan dengan kegagalan lahir. Kerusakan mental dan fisik pada cretin tidak dapat kembali. Kerusakan ini dapat dicegah dengan memberikan iodium pada ibu yang deficient pada awal kehamilan.
Defisiensi Iodium pada Fetus
Defisiensi iodium pada fetus merupakan hasil defisiensi iodium pada ibu. Kondisi ini dihubungkan dengan peningkatan insiden lahir mati, abortus dan abnormal cougenital, yang semuanya dapat dihindarkan dengan intervensi terpadu. Efek yang sama telah diamati pada ibu hypothyroidism, yang dapat diobati dengan terapi pengganti hormon thyroid. Trial control dengan minyak beryodium telah menunjukkan penurunan signifikan pada kematian fetus dan neonatal pada kelompok yang diobati.
Defisiensi Iodium pada Neonatal
Pentingnya fungsi thyroid pada neonatus berhubungan dengan fakta bahwa pada saat lahir otak bayi hanya 1/3 dari ukuran penuhnya dan bertumbuh secara cepat sampai akhir tahun ke 2. Hormon thyroid yang tergantung pada suplai iodium yang cukup penting untuk perkembangan otak normal.
Bukti dari observasi neonatal di Zaire menemukan bahwa tingkat hypothyroidism kimiawi 10%, akan mengakibatkan hypothyroidism pada bayi dan anak-anak dan jika defisiensi tidak diperbaiki akan mengakibatkan retardasi fisik dan mental. Observasi ini menunjukkan resiko besar kerusakan mental pada populasi desiensi iodium berat.
Defisiensi Iodium pada Anak-anak
Defisiensi iodium pada anak karakteristiknya berhubungan dengan goiter. Tingkatan goiter meningkat sejalan dengan umur yang maksimum pada masa remaja. Prevalensi kurang iodium lebih banyak pada wanita daripada pria. Goiter pada anak sekolah 6- 12 tahun merupakan indikator defisiensi iodium pada masyarakat.
Studi terbaru anak sekolah yang tinggal didaerah defisiensi iodium pada sejumlah negara menunjukkan kerusakan kemampuan belajar dan IQ dibandingkan pada daerah non defisiensi iodium. Studi ini sulit untuk didesain yang disebabkan sulitnya menentukan kelompok kontrol yang tepat.
Banyak penyebab yang mungkin sebagai faktor terjadinya penurunan kemampuan belajar dan IQ yang mengacaukan interpretasi dari perbedaan antara daerah-daerah yang diteliti. Daerah defisiensi iodium sama dengan daerah yang mempunyai sekolah miskin, menderita banyak deprivasi sosial, status sosial ekonomi rendah dan miskin zat gizi lainnya. Semua faktor ini diperkirakan pada negara maju untuk digunakan dinegara berkembang. Akhirnya beberapa studi menunjukkan bahwa defisiensi iodium dapat merusak kemampuan belajar bahkan bila dampak faktor lain seperti deprivasi sosial dan faktor gizi lain, diperkirakan.
Defisiensi Iodium pada Orang Dewasa
Yodisasi garam, roti atau minyak telah menunjukkan pencegahan efektif terhadap goiter pada orang dewasa. Determinan utama otak dan pituitary T3 adalah serum T4 dan tidak berlawanan dengan hati, ginjal dan otot. T3 otak yang rendah telah ditunjukkan pada tikus yang kekurangan dalam hubungannya dengan penurunan serum T4, dan hal ini dipertimbangkan untuk memperbaiki defisiensi iodium. Penemuan ini menjelaskan fungsi otak pada orang yang mempunyai serum T4 rendah di goiter endemic. Bagaimanapun juga harus ditekankan bahwa antara T4 dan T3 dipengaruhi oleh selenium, suatu komponen enzim yang memfasilitasi konversi tersebut.
Masalah GAKY
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus–menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al, 1988).
Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar iodium rendah.
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).
Faktor – Faktor penyebab masalah GAKI antara lain :
· Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling.
· Faktor Geografis dan Non Geografis
GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium.
· Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik. Zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat. Beberapa jenis Goitrogen yaitu:
Ø Kelompok Tiosianat atau senyawa mirip tiosianat
contoh: ubi kayu, jagung, rebung, ubi jalar, buncis besar
Ø Kelompok tiourea, tionamide, tioglikoside, vioflavanoid dan disulfida alifatik, contoh : berbagai makanan pokok di daerah tropis seperti sorgum, kacang-kacangan, bawang merah dan bawang putih
Ø Kelompok Sianida
Contoh: daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung
Ø Kelompok Mimosin
contoh: pete cina dan lamtoro
Ø Kelompok Isothiosianat
contoh: daun pepaya
Ø Kelompok Asam
contoh: jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka
Ø Kelompok yang bekerja pada proses proteolisis dan rilis hormon tiroid
· Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.
Pencegahan Dan Penggulangan
Kegiatan pencegahan dan penaggulangan GAKI yang telah dilakukan oleh pemerintah meliputi komunikasi , informasi dan edukasi (KIE) terhadap penaggulangan GAKI yang tertuju pada 3 ( tiga ) kelompok sasaran yaitu :
a. Para perencana, pengelola dan pelaksana program.
b. Masyasarakat didaerah gondok endemik.
c. Masyarakat di luar daerah gondok endemik.
Intervensi GAKI terus dilakukan dengan bantuan sejumlah badan dunia. Program intensifikasi penanggulangan GAKI yang berlangsung tahun 1997 – 2003 bertujuan menurunkan prevalensi GAKI lewat pemantauan status GAKI pada penduduk, meningkatkan persediaan garam beriodium serta meningkatkan kerja sama lintas sektoral. Upaya penanggulangan GAKI sudah dimulai sejak pemerintahan Belanda melalui distribusi garam beryodim ke daerah endemik berat.
Penanggulangan GAKI dilakukan dalam dua jangka waktu, yaitu :
· Jangka Panjang: suplementasi tidak langsung melalui fortifikasi garam konsumsi dengan iodium dimana program ini disebut garam iodium.
· Jangka pendek: suplementasi langsung dengan ,minyak iodium baik secara oral maupun suntikan lipiodol. Upaya ini hanya ditunjukkan pada daerah endemik berat dan telah dilaksanakan sejak tahun 1974
Menurut ketentuan Peraturan Menteri
· GAKI ringan:
Prevalensi goiter : 5 – 19,9% (anak sekolah)
Iodium urine : 50 - 99mg/l
Dieliminasi dengan garam berjodium.
· GAKI sedang :
Prevalensi goiter : 20 – 29,9% dan beberapa hypothyroidism.
Iodium urine : 20 – 49 mg/hr
Dapat dikontrol dengan garam berjodium (biasanya 20 – 40 mg/kg pada tingkat rumahtangga) Disamping itu minyak beriodium diberi secara oral atau suntik yang dikoordinasi melalui puskesmas.
· GAKI berat :
Prevalensi goiter : ³ 30%, endemic cretinism
Iodium urine : <>
Penanganannya : minyak beriodium diberikan sampai sistim garam berjodium efektif, jika sistim saraf pusat dicegah dengan sempurna.
PENUTUP
Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh walaupun dalam jumlah yang relative kecil. Namun apabila diabaikan dapat menimbulkan efek atau dampak yang cukup berpengaruh dalam kehidupan semua orang. Dan korban penderita GAKI akan menjadi beban semua orang yang ada disekitar kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita (Ed). 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. 2006. Penaggulangan GAKI. http:// www.google.com. [14 September 2008].
Anonim. 2006. Penaggulangan GAKI. http:// www.litbang.depkes.co.id. [14 September i 2008].
Chan, M., Javalera, and A. Rayes. 1988. A Discriptive Study abouth The General Preceptions and Behavior Related to Goiter of Females Fifteen Years old and above in Three Barangays of
Departemen Kesehatan (DepKes). 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat: Jakarta.
Jalal, F. 1998. Agenda Perumusan Program Gizi Repelita VII untuk Mendukung Manusia yang Pengembangan Sumberdaya Berkualitas. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI.
Kodyat B . A . 1992 . Masalah Yang Dihadapi Dalam Penyelenggaran Intervensi Garam Fortifikasi Dan Upaya Mengatasinya . PAU Pangan Dan Gizi IPB.
Muhilal, Jalal dan Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi Rata – Rata yang Dianjurkan. Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional VI. LIPI.