29 Maret 2009

Imunologi Gizi Diabetes Mellitus Tipe II


BAB I

PENDAHULUAN


Sistem imun adalah semua mekanisme yang merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya substansi asing untuk mempertahankan keutuhan tubuh dari berbagai bahaya yang dapat ditimbulkan oleh lingkungan hidup. sistem imun terdiri dari sistem imun spesifik dan sistem imun non spesifik.


Sistem imun non spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, oleh karena dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu, serta telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Terdapat dua pertahanan dalam sistem imun non spesifik yaitu pertahanan awal (barriers) yang berupa fisik seperti kulit dan membrane mukosa serta berbagai komponen kimia dalam tubuh seperti kelenjar air mata (lacrimal apparatus), air liur (saliva), skresi vagina (vagina secretion), kelenjar keringat (sebum), asam lambung (gastric juice), dan sebagainya. Pertahanan selanjutnya adalah internal defence berupa protein antimikroba (complement, interferons, C-reactive protein), phagosit dan Natural Killer (NK) sel serta inflamasi.


Imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Oleh karena itu sistem tersebut hanya dapat menghancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya. Sistem imun spesifik dapat bekerja dengan atau tanpa bantuan sistem imun nonspesifik untuk menghancurkan benda asing. Sistem imun spesifik dibagi menjadi dua, yaitu humoral (sel limfosit B) dan seluler (sel limfosit T). Fungsi utama sel limfosit B adalah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya, sedangkan fungsi utama sel limfosit T adalah pertahanan terhadap bakteri yang hidup secara intraseluler seperti virus, jamur, parasit dan keganasan.


Penyakit kencing manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul akibat peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin, baik kualitatif maupun kuantitatif.


Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus, antara lain :

1. Tipe Insulin – Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI)

Gejala dari penyakti ini adalah keadaan yang ditimbulkan akibat kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia). Orang akan merasa lapar dan haus terus menerus, merasa lelah dan lemah, serta rasa nyeri hebat di lambung.

2. Tipe Non-Insulin - Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)

Gejala dari penyakti ini timbul secara perlahan-lahan, yaitu berupa hiperglikemia, penurunan berat badan, pandangan kabur. Jika mengalami luka baik di kulit maupun di mulut, maka proses penyembuhannya menjadi sukar atau lama. Penderita sering mengalami infeksi saluran kencing.

3. Tipe Diabetes Mellitus yang lain

Misalnya Gestational Diabetes atau DM yang terjadi pada masa kehamilan, Malnutrition related DM (MRDM), dan lain-lain. Penyakit ini mempunyai kecenderungan untuk diturunkan dari keluarga sehingga faktor genetik memegang peranan penting. Adapun faktor lain yang menyebabkan timbulnya panyakit DM tipe ini adalah gaya hidup (pola makan dan aktifitas).


Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang dinyatakan dengan adanya hiperglikemia kronik dan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berkaitan dengan perkembangan terjadinya kelainan, disfungsi dan kerusakan beberapa organ khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.


Sebagian besar gambaran patologik DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu : (1) berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah hingga 300- 1.200 mg/dL; (2) Peningkatan metabolisme lemak, menyebabkan terjadinya metabolisme lemak abnormal disertai dengan endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala aterosklerosis; dan (3) berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.


DM merupakan penyakit dengan konsentrasi gula darah tinggi dalam darah (hiperglikemia), diakibatkan karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolisme glukosa yang terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30 – 40% diubah menjadi lemak. Pada penderita DM semua proses itu terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali apabila berlebihan sehingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Kondisi yang berbahaya ialah glikosuria karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis meningkat disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal ini menyebabkan dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita DM yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka tubuh berusaha mengatasi dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu.


DM bukanlah penyakit yang disebabkan oleh satu faktor, tetapi merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh banyak faktor. DM dikarakterisasi oleh hiperglikemia kronik karena penurunan kerja insulin pada jaringan target (disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, resistensi insulin atau keduanya). Penurunan kerja insulin ini berhubungan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.


DM Tipe 2 dahulu dikenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Penyebab DM tipe 2 bervariasi mulai dari resistensi insulin yang disertai defisiensi insulin relatif hingga defek sekresi insulin yang disertai resistensi insulin. DM tipe 2 disebabkan oleh ketidakefektifan atau ketidakcukupan insulin dalam memperantarai pemasukan glukosa ke dalam jaringan. Hal ini dapat terjadi karena gangguan sekresi insulin dan penurunan sensitifitas insulin.


Dewasa ini prevalensi diabetes mellitus cenderung mengalami peningkatan baik di negara berkembang maupun maju. Pada tahun 2000, junllah pasien diabetes di Amerika mencapai 13 juta atau 5,2% dari seluruh populasi dengan rincian diabetes tipe 1 adalah 160 per 100.000, sedangkan diabetes tipe 2 kurang lebih 6.670 per 100.000 dan jumlah ini meningkat menjadi 20,8 juta atau 7,0% dari seluruh populasi pada tahun 2005 (Koda-Kimble & Carlisle, 1995; Suyono, 2001; Oh & Isley, 2002; American Diabetes Association, 2005). Sementara di Indonesia prevalensi diabetes mellitus sebesar 4,6% atau berjumlah 5,6 juta, sehmgga diperkirakan pada tahun 2020 terdapat 8,2 juta penduduk yang menderita cliabetes mellitus (Pranoto, 2003). Ada beberapa faktor penyebab peningkatan tersebut antara lain perubahan gaya hldup masyarakat, keterbatasan waktu untuk beraktivitasiolah raga, obesitas dan usia harapan hdup yang meningkat.


Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikernia yang berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Berdasarkan etiologinya, cliabetes mellitus diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu cliabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 (Hams, 2000; Setter et al.., 2000; Oki & Isley, 2002)




BAB II

ISI


A. SISTEM IMUN PADA DIABETES MELLITUS TIPE 2


Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes dengan prevalensi tertinggi dari semua kasus diabetes, jumlahnya sekitar 90-95% dan biasanya bersifat asymptomatic. Diabetes mellitus tipe 2 biasanya timbul pada umur 40 tahun.


Gangguan utama yang disebabkan oleh diabetes mellitus tipe 2 adalah resistensi insulin, yaitu penurunan sensitifitas insulin di jaringan otot, adipose dan sel hati. Sebagai kompensasinya, pancreas mensekresi insulin dalam jumlah besar, sehingga insulin dalam plasma meningkat pada level yang tidak normal (hiperinsulinemia). Semakin lama, kemampuan pancreas untuk menghasilkan insulin berkurang, sehingga terjadi hiperglikemia yang berakibat buruk. Tingginya kebutuhan akan insulin mengakibatkan terjadinya kerusakan sel beta pancreas dan mengganggu sekresi insulin sehingga kadar insulin dalam darah menurun. Diabetes tipe 2 berhubungan dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin secara tidak langsung. Hal ini disebabkan karena ketidakcukupan insulin pada sel yang rendah sensitifitas insulinnya pada keadaan gula darah yang tidak terlalu tinggi atau belum ada komplikasi.


Penyebab pasti DM tipa 2 ini belum sepenuhnya diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dianggap sebagai pencetus, yaitu :

1. Kegemukan

Makan makanan yang manis tidak akan menyebabkan timbulnya penyakit ini, tetapi jika konsumsinya sangat berlebihan, ini bisa menyebabkan kegemukan dan menderita DM. Sekitar 80% penderita tipe 2 adalah mereka yang tergolong gemuk.

2. Lain-lain

Faktor-faktor lain yang turut mencetus panyakit DM adalah resistensi insulin, pola makan yang salah, proses penuaan (degeneratif) dan stress yang berkepanjangan tanpa kendali.

Walaupun penyebab DM tipe 2 masih belum jelas, resiko penyakit ini meningkat seiring terjadinya obesitas, penuaan dan aktifitas fisik yang kurang. Sekita 80-90% penderita DM tipe 2 adalah penderita obesitas, dan obesitas itu sendiri secara langsung dapat menyebabkan resistensi insulin. Penyebab resistensi insulin pada penderita DM tipe 2 antara lain:

1) Tumor Necrosis Factor α (TNF-α)

TNF α merupakan sitokin yang disekresi oleh jaringan adipose, berperan di jaringan perifer yang berpengaruh pada sensitifitas insulin, proses metabolic dan bagian dari substrat.

Sitokin TNF α memiliki potensi untuk menghambat efek sensitifitas terhadap insulin di jaringan otot dan adipose. Berdasarkan pengamatan terhadap tikus obese, ditemukan bahwa ekspresi TNF α yang tinggi di otot dan lemak dapat menyebabkan resistensi insulin pada penderita obes dan diabetes.

2) Mutasi glukosa transporter 4 (GLUT-4)

GLUT-4 adalah jenis glukosa transporter yang responsifterhadap insulin dan terutama terdapat di jaringan otot dan adipose. Walaupun penurunan produksi GLUT-4 bukan penyebab resistensi insulin pada penderita obesitas dan diabetes, namun peningkatan GLUT-4 dapat menurunkan hiperglikemia dan meningkatkan sensitifitas insulin pada tikus percobaan yang menderita diabetes. Secara teoti, mutasi GLUT-4 dapat menyebabkan resistensi insulin.

3) Polimorfonuklear (PMN)

Kadar Zn serum dan jumlah limfosit T pasien diabetes tipe 2 regulasi glukosa darah baik dan buruk tidak berbeda. Kelompok regulasi baik mempunyai PMN yang lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok regulasi buruk


Penderita diabetes melitus tipe-2 pada suatu saat oleh karena kegagalan sel beta, maka akan mengalami gagal sekunder obat hipoglikemik oral. Pada keadaan tersebut ia akan membutuhkan insulin sementara atau seterusnya, keadaan ini disebut membutuhkan insulin (insulin requirement), tetapi bukan tergantung insulin.


B. PERANAN GIZI PADA NIDDM


Di negara maju DM termasuk dalam kelompok 5 penyebab utama kematian. Indonesia sebagai negara luas dengan jumlah penduduk menempati urutan ke empat terbesar di dunia sedang berkembang menuju taraf yang lebih maju. Tak dapat dipungkiri bahwa pada suatu saat DM akan menjadi penyebab kematian yang penting seperti halnya dengan negara maju yang lain, apabila tidak ada upaya pencegahannya yang terarah. Kemajuan suatu daerah antara lain ditandai oleh peningkatan daya beli serta perubahan gaya hidup masyarakat yang bersangkutan. Kemudahan-kemudahan dalam memperoleh bahan makanan yang memenuhi selera akan mempercepat terjadinya ketidak-seimbangan antara masukan zat gizi melalui makanan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup sehat. Peningkatan efisiensi tenaga fisik dengan pemanfaatan perlatan mekanik sebagai dampak positif kemajuan, diikuti oleh penurunan kegiatan fisik individu yang bersangkutan yang menjadi awal terjadinya obesitas. Diantara masyarakat maju yang demikianlah angka prevalensi NIDDM cukup menonjol. Dalam hal ini rupanya adanya ketidak-seimbanganantara masukan zat gizi melalui makanan, kebutuhan zat gizi tubuh, kemampuan jaringan mencerna zat gizi yang tersedia dan ketersediaan bahan-bahan pembantu metabolisme zat gizi, misalnya hormon insulin, berakibat pada timbulnya gejala DM. Sesuai dengan klasifikasinya, penanganan NIDDM tidak memerlukan insulin. Dengan pengaturan kembali keseimbangan antara masukan zat gizi terhadap kebutuhan dan kemampuan jaringan tubuh, gejala DM akan teratasi. Pada orang dewasa makanan yang dimanakan dimaksudkan untuk mensuplai zat gizi yang diperlukan oelh tubuh. Kebutuhan akan enersi yang harus dimakan umumnya disesuaikan dengan jumlah enersi yang harsu dikeluarkan (WHO, 1974). Variasi kebutuhan enersi ini dipengaruhi oleh macam kegiatan fisik yang dilakukan, umur serta ukuran tubuh masing-masing. Kelebihan jumlah enersi yang dimakan akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Makin tinggi jumlah kelebihan energi, makin besar jumlah cadangan lemak yang akan memperbesar ukuran tubuh seseorang. Jumlah enersi yang diperlukan untuk menggerakkan tubuh, misalnya berjalan atau mengerjakan pekerjaan, akan makin tinggi dengan makin besarnya ukuran tubuh. Sebaliknya bila terjadi defisit dalam intake energi, maka untuk memenuhi kebutuhan basal serta kegiatan fisik akan dipergunakan cadangan yang tersedia (lemak tubuh). Pemecahan lemak tubuh yang berlangsung terus menerus akan menurunkan besaranya ukuran tubuh yang berasangkutan. Proses pembentukan cadangan dan pengurasan cadangan dengan rentang variasi yang luas dan terjadi berulang kali suatu saat akan tidak berlangsung dengan sempurna, sehingga timbul gejala ketidak-seimbangan metabolisme seperti halnya pada Diabetes Mellitus. Pada orang dewasa proses pertumbuhan sudah berhenti. Oleh karean itu jumlah protein yang dibutuhkan dimaksudkan hanya untuk keperluan penggantian sel-sel tubuh yang aus atau rusak akibat usia atau penyakit (regenerasi). Demikian pula halnya dengan vitamin dan mineral yang jumlah kebutuhannya disesuaikan dengan jumlah enersi, protein dan lemak yang dimakan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa kebutuhan enersi erat kaitannya dengan jumlah sel otot yang aktif untuk keperluan yang dimaksud, yang pada pria jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pada wanita. Oleh karena itu perhitungan jumlah kebutuhan enersi seseorang akan lebih tepat apabila ukuran tubuh yang digunakan adalah berat badan bebas lemak (lean body mass), yang pada praktek sehari-hari dinyatakan dalam bentuk BMI (body mass index). Zimmet dan King (1984) dalam penelitiannya pada masyarakat Mikronesia mendapatkan korelasi yang kuat antara intake enersi, hidrat arang dan lemak. Intake lemak seseorang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya NIDDM. Menurut peneliti penemuan ini perlu ditinjau kembali dengan penelitian lanjutan. Interaksi antara gizi, aktivitas fisik dan ukuran tubuh bersifat kompleks, dan akan sulit membedakan apakah mekanisme faktor yang satu lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, bahwa perubahan gaya hidup seseorang dapat mempengaruhi timbulnya NIDDM sudah dilaporkan oleh beberapa peneliti antara lain oleh Watkin (1986). Untuk memastikan adanya interaksi yang sama diantara masyarakat Indonesia perlu dilakukan pengamatan dengan cara-cara yang tidak berbeda dengan metode yang pernah diikuti oleh pengamat sebelumnya.




BAB III

KESIMPULAN


Penyakit kencing manis (Diabetes Mellitus) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul akibat peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara terus menerus ( kronis) akibat kekurangan insulin, baik kualitatif maupun kuantitatif.


Meningkatnya kepekaan penderita DM terhadap infeksi disebabkan oleh berbagai faktor. Pada umumnya, efek hiperglikemia sangat berperan terhadap mudahnya penderita DM terkena infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru, serta infeksi kaki. Hal ini disebabkan karena hiperglikemia mengganggu funsi neutrofil dan monosit (makrofag) termasuk kemotaksis, perlekatan, fagositosis dan mikroorganisme yang terbunuh dalam intraseluler.


Diabetes tipe 2 berhubungan dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin secara tidak langsung. Hal ini disebabkan karena ketidakcukupan insulin pada sel yang rendah sensitifitas insulinnya.

1 komentar: