Vitamin D merupakan grup prohormon yang larut dalam lemak. Bentuk utama dari vitamin D adalah ergokalsiferol (vitamin D2) dan kolekalsiferol (vitamin D3). Vitamin D yang hadir di alam sangat sedikit sehingga dapat diperoleh dari pancaran sinar matahari, makanan, dan suplemen diet. Kebanyakan orang memenuhi kebutuhan vitamin D dari sinar matahari. Sinar matahari yang mengandung radiasi ultraviolet B (UVB) dalam jumlah kecil sewaktu mengenai kulit dan diabsorbsi, akan merangsang proses pembentukan vitamin D. Namun semenjak dua dekade terakhir ini lapisan ozon di stratosphere yang berfungsi untuk menyaring (memfilter) radiasi ultraviolet (UVR) dari tahun ke tahun semakin tipis akibat polusi kimia chlorofluoro carbon (CFC) yang berasal dari mesin pendingin (AC, kulkas) dan industri. Menipisnya lapisan ozon akan mengakibatkan radiasi ultraviolet yang sampai di bumi intensitasnya semakin tinggi.
Musim, geografis lintang, waktu, cakupan awan, kulit melanin konten, dan sunscreen adalah di antara faktor-faktor yang mempengaruhi radiasi UV dan vitamin D sintesis. Sinar matahari sendiri berperan dalam merangsang sintesis vitamin D dalam kulit, dan orang yang jarang terpapar sinar matahari mempunyai sedikit vitamin D dalam darahnya. Para ilmuwan University of California menemukan, ancaman kanker tersebut turun ketika level vitamin D meningkat. ”Level ideal ini bisa diraih dengan kombinasi diet, suplemen, dan ‘bermandi’ sinar Matahari selama 10–15 menit per hari,” jelas ketua tim peneliti, Dr Cedric F Garland, spesialis pencegahan kanker University of California. Namun, Garland memperingatkan, seseorang tidak perlu membuka seluruh pakaian untuk ”bermandi” sinar Matahari. Garland menilai, sintesis vitamin D cukup optimal apabila 40 persen kulit seseorang terkena sinar Matahari. Orang yang terlalu banyak terkena sinar Matahari terancam risiko kanker kulit karena sinar ultraviolet akan merusak sel-sel kulit dan menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas ini yang mampu memengaruhi DNA di bawah kulit. Radiasi UVB pada tingkat sel dapat merusak DNA dari keratinosit dan melanosit yang dalam perkembangan-nya bisa menjadi kanker kulit.
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk regenerasi dan tumbuh secara normal. Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah diri secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan menumbuhkan kulit baru. Sel-sel abnormal dapat tumbuh di luar kontrol dan membentuk tumor. Tumor dianggap jinak bila terbatas pada beberapa lapisan kulit saja dan tidak menginvasi jaringan atau organ di sekitar. Tetapi bila tumor menyebar atau memiliki kemampuan untuk menyebar ke jaringan atau organ sekitarnya, tumor tersebut disebut ganas atau kanker. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa efek sinar matahari terletak pada intensitas paparan yang diterima oleh tubuh. Semakin lama terpapar justru menimbulkan dampak yang kurang baik. Perubahan apa pun yang terjadi pada kulit, baik itu bentuk, warna atau ukuran (seperti pada tahi lalat), perlu mendapat perhatian. Perubahan pada kulit sekecil apa pun tidak menutup kemungkinan merupakan tanda kanker kulit. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah salah satu jenis kanker ini dengan mengetahui faktor risikonya. Mulai dari riwayat kesehatan kanker kulit dalam keluarga, hingga warna kulit. Hasil penelitian menyebutkan, kulit putih lebih berisiko dibandingkan kulit gelap. Orang berkulit putih lebih rentan terhadap sinar matahari. Kulit putih lebih mudah merah dan terjadi iritasi kulit. Jadi, persentase mengalami penyakit melanoma dan kanker lebih tinggi.
"Jika mendapati perubahan warna di kulit atau adanya tahi lalat atau luka yang tidak kunjung membaik akibat paparan sinar matahari berlebihan, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan," kata Michael S Lehrer MD, asisten profesor klinik dari Departemen Dermatologi University of Pennsylvania. Adapun menurut Vice President Skin Cancer Foundation David J Leffell MD, jika harus berhubungan dengan sinar matahari sebaiknya gunakan pelindung. "Gunakanlah krim pelindung dan pencegahan lain terhadap efek negatif sinar matahari, seperti makanan dan suplemen," ujar Leffell seraya menambahkan, penggunaan sunblock untuk kulit pun disesuaikan dengan kandungan dan usia pengguna. Penggunaan sunblock biasanya digunakan hanya pada bagian tubuh tertentu, juga secara keseluruhan. Penggunaan tabir surya sebaiknya 30 menit sebelum melakukan aktivitas di luar ruangan. Namun yang perlu diingat. Penggunaan tabir surya dengan perlindungan tinggi, bukan berarti bisa bebas berlama-lama di bawah sinar matahari.
Daftar Pustaka :
Alan Rockoff, MD William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR. 5 April 2005. Skin Cancer. http://www.medicinenet.com.
Almatsier, Sunita (Ed). Penuntun Diet.
Anonym. Dietary Supplement Fact Sheet: Vitamin D. http://ods.od.nih.gov/factsheets/vitamind.asp.
Heyzer, E dan Sulistia Gan. Farmakologi dan Terapi.
Nursanyoto, Hertog, dkk. Ilmu Gizi Zat Gizi Utama. Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1992.
Retno, Rasmilia. Waspadai Kanker Kulit. 24 Agustus 2008. http://malangraya.web.id.
Sindo. Batasi Paparan Sinar Matahari. 16 Januari 2008. http://lifestyle.okezone.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar